Memahami Emosi dan Cara Berpikir Anak Melalui Gambar

Lily

3/14/20252 min read

two young girls sitting at a table with markers and crayons
two young girls sitting at a table with markers and crayons

Parents, pasti sudah sering mendengar bahwa anak yang suka menggambar dengan warna gelap bisa jadi terindikasi memiliki masalah psikologis. Pemilihan warna saat menggambar memang bisa menunjukan kondisi mental dan pikiran anak. Namun, yang perlu dicatat, orang tua juga tidak boleh terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Nah, jadi yang benar bagaimana, sih? Betulkah bahwa gambar bisa menjadi acuan untuk memahami emosi dan cara berpikir anak?

Sejak dulu, gambar anak-anak sudah menjadi topik penelitian para ahli. Aspek yang diteliti pun beragam, mulai dari hubungan antara gambar dan kondisi psikologis anak hingga kaitannya dengan persepsi sosial. Penelitian terbaru dari Stanford University menunjukkan bahwa setiap gambar karya anak-anak ternyata memiliki makna yang dalam. Saat mengembangkan keterampilan menggambar, anak secara bersamaan juga meningkatkan pengetahuan mereka tentang dunia. Pengetahuan ini tidak hanya didapat dari mengamati objek secara langsung, namun juga disertai cara berpikir anak terhadap suatu benda.

Bahkan gambar anak yang tidak dikenali pun dianggap mampu merefleksikan pikiran anak. Seperti contoh, anak mungkin menggambar harimau dengan bentuk yang susah dikenali oleh orang dewasa, namun gambar yang dibuat tetaplah gambar hewan. Anak bahkan mampu memberikan informasi tambahan mengenai ukuran harimau di dunia nyata, meskipun karya yang dibuat terkesan abstrak dan misterius.

Penelitian lain yang dipublikasikan di Science Direct memberikan informasi terkait interpretasi gambar anak, misalnya:

  1. Gambar orang yang berukuran besar mengindikasikan agresi dan keaktifan, sementara gambar orang berukuran kecil mengimplikasikan perasaan malu, takut, dan depresi.

  2. Ilustrasi mengulurkan tangan menunjukkan keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain dan terhubung dengan lingkungan sekitar.

  3. Jika seluruh tubuh diarsir, maka gambar menyiratkan kecemasan. Jika hanya bagian tubuh tertentu, kecemasan yang timbul hanya terkait dengan bagian tersebut.

Perlu diingat bahwa interpretasi tersebut bukanlah makna absolut. Makna gambar yang dibuat anak bisa saja berbeda dengan informasi di atas. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, seperti pertumbuhan dan perkembangan otak anak, pengaruh lingkungan serta budaya, serta hasil belajar yang diperoleh anak. Maka dari itu, parents juga disarankan untuk terus memperhatikan detail dan impresi pertama ketika anak menyelesaikan karyanya.

Jika anak senang menggambar dan mengekspresikan perasaannya melalui karya, Parents bisa loh mendaftarkan anak kursus menggambar. Selain sebagai bentuk ekspresi diri, hal ini juga bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan membantu proses belajar anak.

Yuk, ajak anak bergabung di Art Class by ERMS Academy sekarang! Anak bisa pilih sendiri—mau belajar menggambar digital atupun paper-based. Selain untuk anak, kelas menggambar di ERMS Academy juga terbuka untuk dewasa, loh! Paket komplit buat semua umur, nih!

Jangan lupa kunjungi media sosial @ermsacademy dan situs ermsacademy.com untuk informasi bermanfaat lainnya!


Sumber:

Fabris, M. A., Lange-Küttner, C., Shiakou, M., & Longobardi, C. (2023). Editorial: Children’s drawings: evidence-based research and practice. Frontiers in Psychology, 14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1250556

Farokhi, M., & Hashemi, M. (2011). The Analysis of Children’s Drawings: Social, Emotional, Physical, and Psychological aspects. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 30, 2219–2224. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.10.433

StandfordReport. (2024). Children’s drawing and drawing recognition abilities change throughout childhood. Retrieved from https://news.stanford.edu/stories/2024/02/learning-childrens-drawings